Akhirnya,
Dari
tiap mili jejak kaki melangkah,
Beratus
ngarai,
Berpuluh
pantai,
Beribu
jurang yang kian membelah setiap titik keabadian cinta
Yang
dulu lemah,
Yang
dulu rapuh dan sepi terkikis air mata
Yang
kemudian berhiaskan tembok emas,
Berkawat
baja,
Yang
kemudian terlindungi batu beton yang tak tertembus pedang, Yang kemudian damai
tersirat dalam aliran darah
Yang
kukira lama,
Yang
kukira merapat menuju pelabuhan yang bersemi,
Yang
kukira darah ini selalu mengucurkan nyanyian sejuk kasih,
Yang
haus akan rindu
Dan
kemudian pecah,
Dan
kemudian mengalir deras tanpa arah
Dan
kemudian darah ini menembus tiap kulit ari
Hingga
mematikan fungsi hayatku
Dan
kukira mati,
Dan
kukira berakhir,
Akhir
dari aku merasakannya,
“Sebuah
rasa yang manis namun hambar”
“Sebuah
rasa yang berwarna namun pucat”
“Sebuah
rasa yang indah namun memilukan”
Tiada
kata lain tergambarkan selain Cinta Pilu Seorang Remaja
Namun
ternyata,
Sungguh
Tuhan tak kan memutuskan cinta-Nya kepada hamba,
Jiwaku
masih hidup
Darah
yang kukira hilang, masih tertahan di pojok raga,
Masih
mengalir menghidupkan jantung yang terlanjur malu berdetak,
Masih
mengalir memanggil paru-paru untuk menukar setiap napas memory dengan nafas
masa depan,
Masih
mengalir membangunkan hati yang pengecut.
Dan
kini, Aku melangkah pasti
eninggalkannya
yang percuma
Created By : Fitria Rizky Sutrisna
0 komentar:
Posting Komentar